Petilasan Jaka Tingkir Di Rawa Gede Karawang
“Saking berkonsentrasinya bersemedi, beliau sudah tidak merasakan apa-apa lagi gangguan dari luar. Menurut cerita, karena kesaktian yang beliau miliki, setiap binatang yang akan mendekat mati seketika sebelum bisa menyentuh badan beliau. Kalau ada nyamuk terbang dan akan hinggap di badannya, sebelum nyamuk tersebut bisa menempel di badan beliau, nyamuk tersebut mati. Begitupun halnya dengan berbagai binatang lain,” tutur Mbah Darsim.
Lebih lanjut, Mbah Darsim menuturkan menurut cerita yang Ia kumpulkan, jika ada burung terbang diatas kepala Jaka Tingkir, burung tersebut uga akan langsung jatuh dan mati. “Saking banyaknya binatang-binatang yang mati, maka bangkai binatang tersebut akhirnya membentuk tumpukan tanah yang menyerupai ‘hunyur’ (bukit kecil) yang kelak di tempat duduk dan tumpukan bangkai binatang yang sudah membentuk bukit kecil itulah yang dikeramatkan sebagian Warga Rawagede,” papar Mbah Darsim.
Jaka (Joko) Tingkir adalah nama julukan dari Mas Karebet, anak dari Kebo Kenanga, murid Syekh Siti Jenar. Ia diangkat anak oleh janda Nyi Ageng dari desa Tingkir, guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga, kemudian Ki Ageng Selo. Dalam pengembaraannya untuk mempelajari agama dan ilmu kesaktiannya, sampailah Ia di Wilayah Rawagede yang kini menjadi patilasannya.